I.
Topik
percobaan : “Mengamati Pembakaran Lilin”
II.
Tujuan
percobaan :
v
Mengamati lilin sebelum dibakar,
saat dibakar, dan setelah dibakar
III.
Dasar Teori
Materi adalah sesuatu yang menempati
ruang dan menempati massa. Materi sering juga disebut zat atau bahan. Istilah zat digunakan untuk sejumlah
materi yang sangat spesifik (tertentu) sifat-sifatnya, contohnya gula, garam dapur, air dan
sebagainya. Istilah
bahan digunakan untuk sejumlah materi yang kurang spesifik, contohnya kayu, beras, kertas, sirop dan
sebagainya. Materi di alam terdapat dalam tiga wujud, yaitu wujud gas,
padat dan cair, contoh air dapat berwujud cair, gas (uap air) dan padat (es).
Setiap materi mempunyai sifat-sifat yang berbeda. Materi juga mengalami
perubahan :
1)
Perubahan Fisika
Setiap
materi akan mengalami perubahan.
Perubahan
materi meliputi:
Perubahan fisika, yaitu perubahan materi yang tidak menghasilkan zat baru.
Misalnya lilin dipanaskan, batu es mencair, besi meleleh, dan lain-lain. Pada umumnya perubahan fisika hanya mengalami perubahan wujud dan yang disertai dengan perubahan energi. Perubahan fisika terjadi karena materi memiliki sifat fisika. Perubahan fisika tidak mengubah sifat zat tersebut. Dengan kata lain, perubahan fisika tidak menghasilkan senyawa baru. Perubahan pada zat yang tidak menghasilkan zat baru, tetapi disertai terjadinya perubahan bentuk, wujud dan warna.
Perubahan fisika, yaitu perubahan materi yang tidak menghasilkan zat baru.
Misalnya lilin dipanaskan, batu es mencair, besi meleleh, dan lain-lain. Pada umumnya perubahan fisika hanya mengalami perubahan wujud dan yang disertai dengan perubahan energi. Perubahan fisika terjadi karena materi memiliki sifat fisika. Perubahan fisika tidak mengubah sifat zat tersebut. Dengan kata lain, perubahan fisika tidak menghasilkan senyawa baru. Perubahan pada zat yang tidak menghasilkan zat baru, tetapi disertai terjadinya perubahan bentuk, wujud dan warna.
Ciri-ciri perubahan fisis :
- Hanya sifat-sifat fisisnya yang
berubah, sedangkan sifat-sifat kimianya tetap
- Susunannya tidak berubah
- Jenis zatnya tidak berubah
Contoh:
Perubahan bentuk :
Benang diubah menjadi kain
Kayu diubah menjadi mebel
Gula dijadikan sirup atau gula yang
larut dalam air, yang disebut pelarutan zat
Perubahan wujud
Kapur barus menyublim
Lilin meleleh
Es krim mencair
Penguapan minyak wangi
Perubahan fisika dalam kehidupan sehari-hari dapat
terjadi karena adanya perubahan wujud, pelarutan, adanya perubahan bentuk, dan
aliran energi. Perubahan Fisika karena Perubahan Wujud setiap materi yang berubah
wujud karena pengaruh pemanasan akan mempunyai sifat yang sama.
Materi tersebut juga dapat dikembalikan ke sifatnya semula. Perubahan fisika karena perubahan wujud adalah
pelelehan, peleburan, pencairan,
penguapan, pengembunan, pembekuan, penyubliman, dan terdeposisi. Contoh-Contoh Perubahan
Fisika karena Perubahan Wujud dalam Kehidupan Sehari-hari. Perubahan Wujud
-
Pelelehan atau peleburan
-
Lilin meleleh, karet
meleleh, peleburan besi,
-
peleburan aluminium
-
Pencairan
-
Es mencair, salju
mencair
-
Penguapan
-
Air laut menguap, eter
menguap, minyak
-
kayu putih menguap
-
Pengembunan
-
Uap ari mengembun
-
Pembekuan
-
Air membeku, minyak
membeku, agar-agar
-
membeku
-
Penyubliman
a)
Perubahan Fisika karena
Pelarutan
Sifat
gula yang dilarutkan dalam air seperti
rasa manis masih tetap tampak jika larutan gula diuapkan. akan diperoleh kembali gula dengan sifat manis yang sama. Proses pembuatan sirop, cuka, dan
alkohol 70 % merupakan. contoh perubahan fisika.
b)
Perubahan Fisika karena
Perubahan Bentuk
Termasuk perubahan apakah kayu yang
di gergaji, kemudian di ubah menjadi kursi atau lemari. Perubahan materi dan kayu menjadi kursi termasuk
perubahan fisika. Hal ini karena kayu
hanya berubah bentuknya saja. Adapun sifatnya tidak berubah. Sifat kursi atau meja sama dengan kayu. Begitupun dengan perubahan kayu
gelondongan menjadi kayu lembaran,
batang bambu menjadi angklung, kertas menjadi kapal- kapalan,
dan kain menjadi pakaian.
c) Perubahan
Fisika karena Adanya Aliran Energi
Perhatikan lampu bohlam di rumahmu. Ketika saklar dinyalakan, kawat wolfram dalam lampu
tersebut menyala dan menerangi seluruh ruangan. Begitu juga saat tombol bel ditekan,
bel akan berdering dengan keras. Apa yang terjadi ketika
setrika listrik dihubungkan dengan arus listrik? Bagian
dasar setrika akan memanas, bukan? Termasuk perubahan apakah
lampu bohlam menyala, bel berdering, dan setrika listrik memanas?
Perubahan ini dikarenakan adanya aliran energi. Pada lampu bohlam, kawat wolfram tidak mengalami perubahan. Lampu bohlam hanya mengubah energi listrik menjadi energi cahaya, kumparan bel
listrik hanya mengubah dan energi listrik menjadi energi gerak
sehingga menimbulkan suara. Elemen pada setrika listrik
hanya mengubah energi listrik menjadi energi panas. Jadi,
ketiganya merupakan perubahan fisika karena pada
perubahan mi materi hanya bertindak sebagai penghantar aliran
energi.
2)
Perubahan Kimia
Arang hasil pembakaran gula tidak dapat
di kembalikan menjadi
gula. Demikian juga pada pembakaran
kertas, kertas yang terbakar, lilin meleleh
dan kertas terbakar menghasilkan
abu, asap, dan gas. Zat-zat hasil pembakaran
kertas tersebut tidak dapat di kembalikan menjadi kertas. Bagaimana dengan lilin
yang terbakar? Pada
pembakaran lilin, ada lilin yang terbakar dan ada lilin yang
meleleh. Lilin yang meleleh termasuk perubahan fisika karena tidak menghasilkan zat baru. Adapun pada lilin yang terbakar,
lilin tersebut berubah menjadi
asap dan gas yang tidak terlihat oleh mata. Asap dan gas yang
dihasilkan tidak dapat dikembalikan menjadi lilin. Perubahan-perubahan tersebut termasuk perubahan kimia. Pada perubahan kimia dihasilkan
senyawa baru yang sifatnya berbeda dengan senyawa asal.
Perubahan
kimia, yaitu perubahan materi yang menghasilkan zat baru.
Misalnya : besi berkarat, kayu terbakar, buah menjadi busuk, dan lain-lain. Dalam perubahan kimia tidak hanya mengalami perubahan wujud, juga mengalami perubahan zat tetapi tidak mengalami perubahan massa. Perubahan kimia terjadi karena materi mempunyai sifat-sifat kimia. Perubahan kimia disebut juga reaksi kimia.
Reaksi kimia yang terjadi pada suatu zat dapat diketahui berdasarkan tanda-tanda atau gejala-gejala yang menyertai reaksi tersebut.
Misalnya : besi berkarat, kayu terbakar, buah menjadi busuk, dan lain-lain. Dalam perubahan kimia tidak hanya mengalami perubahan wujud, juga mengalami perubahan zat tetapi tidak mengalami perubahan massa. Perubahan kimia terjadi karena materi mempunyai sifat-sifat kimia. Perubahan kimia disebut juga reaksi kimia.
Reaksi kimia yang terjadi pada suatu zat dapat diketahui berdasarkan tanda-tanda atau gejala-gejala yang menyertai reaksi tersebut.
a) Gejala-
gejala atau tanda-tanda yang menyertai reaksi kimia adalah sebagai berikut:
Terjadi perubahan warna, misalnya : buah menjadi masak, besi berkarat, roti menjadi gosong, dan lain-lain.
Terjadi perubahan warna, misalnya : buah menjadi masak, besi berkarat, roti menjadi gosong, dan lain-lain.
b) Terjadi
perubahan suhu, misalnya :
singkong menjadi tape, kedelai menjadi tempe, karbid disiram air, dan
lain-lain.
c) Terbentuk
gas, misalnya :
kertas dibakar, kompor menyala, karbid disiram air, sampah membusuk, dan
lain-lain
d) Terbentuk endapan, misalnya : susu menjadi basi,
minyak menjadi tengik, batu kapur disiram air, dan lain-lain.
Perubahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-hari dapat
terjadi karena adanya pembakaran, pengaratan, pembusukan, fermentasi,
pemasakan, fotosintesis, dan pengenziman.
a. Perubahan
Kimia karena Pembakaran
Pembakaran merupakan reaksi kimia antara
materi yang terbakar dan gas oksigen. Pembakaran
disebabkan adanya api. Selain menghasilkan abu dan gas,
pembakaran materi juga menghasilkan energi. Misalnya,
pembakaran lilin menghasilkan energi cahaya dan pembakaran
bensin, solar menghasilkan energi gerak. Dalam kehidupan sehari-hari,
banyak ditemukan peristiwa jenis reaksi kimia ini. Misalnya, kayu, kertas, lilin, bensin, atau solar dibakar atau bom yang meledak.
b. Perubahan Kimia karena Pengaratan
Pengaratan merupakan reaksi kimia antara
besi, gas oksigen, dan air. Reaksi kimia ini menghasilkan karat yang secara umum merupakan
oksida logam. Pengaratan merupakan perubahan kimia karena Kompor berkarat menghasilkan zat baru. Besi (Fe) berubah menjadi karat besi (Fe2O3.nH2O). Sifat besi dan karat besi berbeda. Besi pagar yang
berkarat akan rapuh dan mudah runtuh. Begitu juga dengan atap
seng. Istilah yang digunakan untuk reaksi antara logam
(selain besi), gas oksigen, dan air adalah korosi. Atap
seng yang berkorosi akan mudah bocor jika terjadi hujan.
c. Perubahan Kimia karena Pembusukan
Pembusukan merupakan reaksi kimia yang diakibatkan mikroorganisme. Pada pembusukan, makanan
berubah menjadi makanan yang berbau, berlendir, dan
terkadang mengeluarkan gas. Misalnya, nasi yang basi atau
roti yang berjamur. Kedua makanan yang membusuk tersebut
tidak dapat berubah kembali seperti semula. Oleh karena itu, nasi yang basi dan roti yang berjamur telah mengalami perubahan kimia.
d. Perubahan Kimia karena Fermentasi
Fermentasi hampir sama dengan pembusukan, yaitu
reaksi kimia karena pengaruh mikroorganisme. Pembusukan merupakan
perubahan kimia yang merugikan karena materi menjadi rusak dan terbuang, sedangkan fermentasi merupakan perubahan kimia yang menguntungkan. Fermentasi
termasuk perubahan kimia karena makanan yang difermentasi
akan lebih lunak, lebih harum, dan rasanya berbeda. Misalnya,
pada pembuatan tape ketan dan tape singkong. Tape ketan terbuat
dan beras ketan, sedangkan tape singkong terbuat dan singkong. Dengan cara fermentasi, beras ketan dan singkong berubah menjadi tape.
Tape mempunyai sifat yang berbeda dengan bahan pembuatnya.
Selain itu, tape tidak dapat dikembalikan menjadi beras
ketan atau singkong, nasi basi, pembuatan kecap.
Lilin yang terdapat banyak dipasaran
kebanyakan terbuat dari paraffin (paraffin wax). Paraffin adalah campuran dari Alkane
(ikatan rantai molekul atom karbon dan atom hidrogen yang panjang) yang didapat
dari minyak bumi. Paraffin akan meleleh pada suhu 50-60°C. Parafifin tidak dapat dinyalakan
begitu saja dengan korek api. Untuk dapat terbakar paraffin membutuhkan temperatur
tertentu dan sumbu. Apa yang terjadi, bila lilin diyalakan? Begitu sumbu lilin menyala, paraffin
wax akan mencair. Dengan efek kapilaritas cairan wax akan ditransportasi naik
keatas melalui sumbu ke nyala api. Panas api menyebabkan cairan wax
menguap dan selanjutnya akan bercampur dengan oksigen sehingga terjadi proses
pembakaran.Dalam proses pembakaran tersebut akan dihasilkan gas hasil
pembakaran yang panas (CO2, H20,CO). Gas hasil pembakaran ini memiliki
masa jenis yang lebih ringan dari udara sekitarnya (udara yang panas akan lebih
ringan dari udara yang dingin). Perbedaan temperatur udara ini
menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan udara, sehingga gas hasil pembakaran
yang panas akan mengalir keatas (konveksi) dan udara dingin dibawahnya akan
ditarik (dihisap). Konveksi Gas hasil pembakaran (warna
merah=panas) naik keatas. Udara segar atau Oksigen ditarik dari bawah (warna biru=dingin) Konveksi ini menimbulkan efek, yang
dikenal dengan nama efek chimney (efek cerobong). Efek ini menyebabkan nyala api dapat
dipasok terus menerus dengan udara baru, sehingga proses pembakaran dapat terus
berlangsung. Nyala
lilin akan padam jika pasokan oksigen kurang dari 16%. Efek inilah yang menyebabkan udara
mengalir ke atas, sehingga menyebabkan nyala api ke arah atas. Ini semua tentunya berlaku bagi
semua proses pembakaran yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi (gaya tarik bumi). Fenomena mengenai proses pembakaran
lilin ini sudah dibahas oleh Michael Faraday (ilmuwan ahli fisika dan kimia
dari Inggris) tahun 1861.
IV.
Alat dan
Bahan
Alat dan Bahan yang digunakan
|
Jumlah
|
LIlin
|
2 buah
|
Tempat Lilin
|
1 buah
|
Korek Api
|
1 buah
|
Penggaris
|
1 buah
|
V.
Cara Kerja
1.
Siapkan lilin,
korek api dan penggaris
2.
Ukur panjang
lilin menggunakan penggaris (sebelum dibakar), dan amati juga kualitas dari
lilin tersebut menggunakan indera pengelihatan.
3.
Bakar lilin
menggunakan korek api dan ukur berapa ketinggian lilin saat dibakar, dari 5
menit pertama sampai 25 menit, dan amati juga kualitas dari lilin tersebut
menggunakan indera pengelihatan.
4.
Setelah dibakar,
lilin dimatikan dan ukur kembali lilin menggunakan penggaris, serta amati juga
kualitas dari lilin tersebut menggunakan indera pengelihatan.
VI.
Hasil Pengamatan
Fase
|
Kualitas / Indera
|
Kuantitatif / Alat Ukur
|
Sebelum dibakar
|
1.
Lilin
putih / Mata
|
18,5 cm /
penggaris
|
2.
Sumbu
lilin putih / Mata
|
1,5 cm /
penggaris
|
|
3.
Lilin
putih+sumbu / Mata
|
20 cm / penggaris
|
|
4.
Diameter
lilin / Mata
|
1,8 cm /
penggaris
|
|
5.
Bentuk
lilin silinder / Mata
|
||
Saat dibakar
|
1.
Lilin
putih / Mata
|
Menit ke 5
·
Tinggi
lilin : 17,5 cm
·
Tinggi
api : 1,7 cm
Menit ke 10
·
Tinggi
lilin : 16,5 cm
·
Tinggi
api : 3,5 cm
Menit ke 15
·
Tinggi
lilin : 16 cm
·
Tinggi
api : 3,8 cm
Menit ke 20
·
Tinggi
lilin : 15,5 cm
·
Tinggi
api : 3 cm
Menit ke 25
·
Tinggi
lilin : 15 cm
·
Tinggi
api : 3,5 cm
|
2.
Api
kuning biru / Mata
|
||
3.
Sumbu
lilin mulai menghitam / Mata
|
||
Setelah dibakar
|
1.
Lilin
putih / Mata
|
14 cm / penggaris
|
2.
Bara api
pada sumbu / Mata
|
||
3.
Asap dari
sumbu / Mata
|
||
4.
Sumbu
lilin hitam / Mata
|
1,5 cm /
penggaris
|
|
5.
Terdapat
lelehan lilin hanya di bagian atas / Mata
|
VII. Pembahasan
Materi adalah sesuatu yang menempati ruang dan menempati
massa. Materi sering juga disebut zat atau bahan. Istilah zat digunakan untuk sejumlah
materi yang sangat spesifik (tertentu) sifat-sifatnya, contoh: gula, garam dapur, air dan
sebagainya. Istilah
bahan digunakan untuk sejumlah materi yang kurang spesifik, contoh; kayu,
beras, kertas, sirop dan sebagainya. Materi di alam terdapat dalam tiga
wujud, yaitu wujud gas, padat dan cair, contoh air dapat berwujud cair, gas
(uap air) dan padat (es). Setiap materi mempunyai sifat-sifat yang berbeda.
Pembakaran
lilin dapat digolongkan dalam perubahan materi. Perubahan Materi, Setiap materi akan mengalami
perubahan. Perubahan materi meliputi: Perubahan fisika, yaitu perubahan materi
yang tidak menghasilkan zat baru.
Misalnya
lilin dipanaskan, batu es mencair, besi meleleh, dan lain-lain. Pada umumnya perubahan
fisika hanya mengalami perubahan wujud dan yang disertai dengan peerrubahan
energi. Perubahan fisika terjadi karena materi memiliki sifat fisika. Sedangkan perubahan kimia,
yaitu perubahan materi yang menghasilkan zat baru. Misalnya besi berkarat,
kayu terbakar, buah menjadi busuk, dan lain-lain. Dalam perubahan kimia
tidak hanya mengalami perubahan wujud, juga mengalami perubahan zat tetapi
tidak mengalami perubahan massa. Perubahan kimia terjadi karena materi
mempunyai sifat-sfat kimia. Perubahan kimia disebut juga reaksi kimia. Reaksi kimia yang
terjadi pada suatu zat dapat diketahui berdasarkan tanda- tanda/gejala-gejala
yang menyertai reaksi tersebut.
Gejala-
gejala atau tanda-tanda yang menyertai reaksi kimia adalah sebagai berikut:
1.
Terjadi perubahan
warna, misalnya; buah menjadi masak, besi berkarat, roti menjadi gosong, dan
lain-lain.
2.
Terjadi perubahan suhu,
misalnya; singkong menjadi tape, kedelai menjadi tempe, karbid disiram air, dan
lain-lain.
3.
Terbentuk gas, misalnya;
kertas dibakar, kompor menyala, karbid disiram air, sampah membusuk, dan
lain-lain
4.
Terbentuk endapan,
misalnya; susu menjadi basi, minyak menjadi tengik, batu kapur disiram air, dan lain-lain.
Pada saat menyalakan
sumbu lilin, lilin ada yang terbakar
dan ada pula yang meleleh. Lilin dan basil lelehannya
berwarna putih dan rapuh. Demikian juga dengan peleburan
besi. Batang besi yang dipanaskan berubah menjadi besi cair. Cairan tersebut dialirkan ke dalam Lilin meleleh cetakan.
Kemudian, dibiarkan dingin hingga terbentuk besi padat. Penjelasan-penjelasan
tersebut merupakan contoh-contoh perubahan fisika.
Pada hasil
pengamatan yang dilakukan ada 3 percobaan yaitu fase sebelum dibakar, saat
dibakar dan setelah dibakar, dengan cara menentukan kualitas/indera dan
kuantitatif/alat ukur. Pertama-tama, untuk fase sebelum dibakar lilin berwarna
putih dan tingginya 18,5 cm, sumbu lilin 1,5 cm, lilin putih+sumbu dengan
tinggi 20 cm, dan bentuk lilin adalah silinder. Untuk fase saat dibakar
kualitas/indera lilin berwarna putih, api berwarna kuning dan sumbu lilin mulai
menghitam, dan untuk kuantitatif alat ukur, pada menit ke 5 tinggi lilin 17,5
cm dan tinggi api 1,7 cm, pada menit ke 10 tinggi lilin 16,5 cm dan tinggi api
3,5 cm, pada menit ke 15 tinggi
lilin 16 cm dan tinggi api 3,8 cm, pada menit ke 20 tinggi lilin 15,5 cm dan
tinggi api 3 cm, pada menit ke 25 tinggi lilin 15 cm dan tinggi api 3,5 cm.
Sedangkan, untuk fase setelah dibakar tinggi lilin 14 cm dan sumbu lilin 1,5
cm, dan terdapat bara api pada sumbu, asap serta lelehan lilin hanya di bagian
atas lilin.
VIII. Kesimpulan
1.
Setelah diperoleh data
diatas dapat disimpulkan bahwa lilin yang tadinya utuh, setelah dibakar
(dihidupkan) selama 25
menit, panjang dan sumbunya
berubah.
2.
Panjang
lilin menjadi berkurang karena sebagian lilin mencair. Begitu juga panjang
sumbu, panjang sumbu berkurang karena sebagian yang terbakar beruubah menjadi
abu. Untuk warna lilin terlihat sebagian tercampur warna hitam. Hal ini
dikarenakan abu dari sumbu jatuh ke lilin, bisa juga karena tercampur dengan
asap hitam dari sumbu (jelaga). Untuk sumbunya sendiri ketika pembakaran
dimulai langsung berubah warna menjadi hitam. Ada kemungkinan
IX.
Daftar Pustaka